Kamis, 02 Mei 2013

Budidaya Anggrek Dalam Ruangan





PENDAHULUAN

Pemanfaatan tanaman bunga di Indonesia dan luar negeri menunjukkan perkembangan yang cukup baik, keadaan ini juga memberikan gambaran semakin meningkatnya pemahaman manusia mengenai nilai estetika baik untuk ruangan maupun tanaman. Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis, dimana tumbuhan bunga dapat hidup sepanjang tahun. Namun di sisi lain ada hal yang perlu diperhatikan secara serius, yaitu semakin langka dan mahalnya tumbuhan bunga karena kesalahan budidaya maupun diekspor keluar negri. Anggrek merupakan tanaman bunga yang dikenal sejak 55 tahun yang lalu karena keindahannya serta daya kesegaran bunga yang cukup lama. Anggrek dalam budidayanya telah mengalami perkembangan teknologi yang cukup pesat, bahkan anggrek telah menjadi bunga nasional di negara Thailand dan Singapura.


Anggrek ( Orehidaceae ), termasuk dalam keluarga tanaman bunga-bungaan. Di seluruh dunia diperkirakan ada sekitar 25000 spesies dan 800 jenis Anggrek. Indonesia sendiri memiliki lebih dari 4000 spesies yang tersebar di hampir semua pulau. Jenis anggrek yang banyak tumbuh di Indonesia antara lain: Phalaenopsis, Paphiopedilum, Dendrobium, Coelogyne, Cymbidium, Bulbophyllium. Pada dasarnya dihabitat aslinya, hanya ada dua tempat tumbuh tanaman anggrek. Pertama tanaman anggrek yang hidup menempel pada tanaman lain dan tidak mengganggu tanaman yang ditempeli. Jenis ini disebut anggrek Epiphyt. Anggrek yang termasuk jenis ini: Cattleya, Dendrobium, Cymbidium, Phalaenopsis, Vanda, Oncidium. Kedua tanaman anggrek yang hidup ditanah. Biasanya hidup pada tanah berhumus yang subur. Jenis ini disebut anggrek Terrestris atau anggrek tanah. Keindahan anggrek memunculkan ide baru yang menjadikan anggrek dibudidayakan didalam ruangan atau indoor. Media tanaman yang mudah didapat dan bunga yang tahan lama membuat tanaman ini cocok diletakan di ruangan. Namun, pemeliharaan yang salah dan penyakit tanaman membuat tanaman ini membutuhkan pemahaman khusus agar anggrek dapat tumbuh optimal.

BUDIDAYA ANGGREK DALAM RUANGAN


Karakteristik Anggrek


Anggrek pada mulanya tumbuh menempel pada pohon besar di dalam hutan. Anggrek sangat menyukai lingkungan yang lembab dan sinar matahari yang tidak terlalu penuh. Anggrek tumbuh di hutan dataran tinggi sampai hutan dataran rendah. Berikut ini adalah klasifikasi botanis dari anggrek.

Divisi : Magnopliophyta
Sub divisi : Gymnospermae
Kelas : Liliopsida
Ordo : Asparagales
Famili : Orchidaceae
Nama umum/dagang : Anggrek
Morfologi Tanaman


Anggrek memiliki organ-organ yang sukulen atau berdaging tebal dengan kandungan air yang tinggi sering disebut juga tanaman lunak. Dengan demikian ia dapat hidup pada kondisi ketersediaan air yang rendah.. Anggrek menyukai cahaya matahari tetapi tidak langsung sehingga ia biasa ditemukan di alam sebagai tumbuhan lantai hutan atau di bawah naungan. Sebagai tanaman hias, anggrek tahan di dalam ruang.


Anngrek memiliki akar serabut dan tidak dalam. Pada anggrek jenis-jenis epifit yaitu mengembangkan akar sukulen dan melekat pada batang pohon tempatnya tumbuh,namun tidak merugikan pohon inang. Ada pula yang tumbuh geofitis, dengan istilah lain terrestria artinya tumbuh di tanah dengan akar-akar di dalam tanah. Ada pula yang bersifat saprofit, tumbuh pada media daun-daun kering dan kayu-kayu lapuk yang telah membusuk menjadi humus. Pada permukaan akar seringkali ditemukan jamur akar (mikoriza) yang bersimbiosis dengan anggrek.

Batang anggrek beruas-ruas. Anggrek yang hidup di tanah memiliki batang pendek dan cenderung menyerupai umbi. Sementara itu, anggrek epifit batangnya tumbuh baik, seringkali menebal dan terlindungi lapisan lilin untuk mencegah penguapan berlebihan. Pertumbuhan batang dapat bersifat memanjang (monopodial) atau melebar (simpodial), tergantung genusnya.

Daun anggrek biasanya oval memanjang dengan tulang daun memanjang pula, khas daun monokotil. Daun dapat pula menebal dan berfungsi sebagai penyimpan air. Bunga anggrek berbentuk khas dan menjadi penciri yang membedakannya dari anggota suku lain. Bunga-bunga anggrek tersusun majemuk, muncul dari tangkai bunga yang memanjang, muncul dari ketiak daun. Bunganya simetri bilateral. Helaian Kelopak bunga (sepal) biasanya berwarna mirip dengan mahkota bunga (sehingga disebut tepal). Satu helai mahkota bunga termodifikasi membentuk semacam "lidah" yang melindungi suatu struktur aksesoris yang membawa benang sari dan putik. Benang sari memiliki tangkai sangat pendek dengan dua kepala sari berbentuk cakram kecil (disebut "pollinia") dan terlindung oleh struktur kecil yang harus dibuka oleh serangga penyerbuk (atau manusia untuk vanili) dan membawa serbuk sari ke mulut putik. Tanpa bantuan organisme penyerbuk, tidak akan terjadi penyerbukan.

Buah anggrek berbentuk kapsul yang berwarna hijau dan jika masak mengering dan terbuka dari samping. Bijinya sangat kecil dan ringan, sehingga mudah terbawa angin. Biji anggrek tidak memiliki jaringan penyimpan cadangan makanan; bahkan embrionya belum mencapai kematangan sempurna. Perkecambahan baru terjadi jika biji jatuh pada medium yang sesuai dan melanjutkan perkembangannya hingga kemasakan. Tinggi tanaman anggrek berbeda beda, maksimum mencapai 2,5 meter namun pada umumnya 60 centimeter dan diameter batang 3-10 cm.

Menurut Jeanne Rose (2008) anggrek merupakan tumbuhan yang membutuhkan suhu sekitar 600-850 F. Kelembapan optimum 40-70 persen dan cahaya sinar matahari yang tidak langsung. Akar yang berdaging dan licin menggambarkan anggrek menempel teguh pada tanaman induk dengan mengeluarkan cairan seperti perekat.

Teknik Budidaya Anggrek
Anggrek hanya tumbuh pada lahan lembab dan lingkungan pada suhu yang sejuk. Umumnya tumbuhan ini ditemukan di dalam hutan, batang pohon yang mati, pepohonan tahunan, tanah yang penuh dengan humus dan lembab, akar tanaman paku-pakuan yang mati. Tempat-tempat yang tidak disukai yaitu pada kondisi rumput tinggi, lahan bersemak yang tinggi, dan lahan terbuka serta gurun pasir (Gregory 2008). Anggrek merupakan tumbuhan liar yang banyak dijumpai di tepi jalan, halaman berumput, hutan, ladang, dan dijumpai sebagai gulma di lahan budidaya. Sehingga untuk perolehan simplisia Anggrek hanya mengandalkan keberadaan Anggrek dari alam. Bahkan, menurut Balittro (2007) sampai saat ini Anggrek masih termasuk tanaman liar karena belum ada yang membudidayakannya. Selama ini perbanyakan tanaman dilakukan secara generatif dengan biji yang secara alami berkecambah di sekitar induknya atau terbawa angin dan berkecambah di tempat lain. Perbanyakan dengan setek tergolong sulit sehingga jarang dilakukan.


Biasanya budidaya Anggrek yang dilakukan yaitu dengan menggunakan biji yang ditanam pada tanah. Penanaman yang dilakukan tidak memperhatikan jarak tanam, sehingga Anggrek tumbuh secara bergerombol. Sedangkan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan yaitu berupa penyiraman untuk menjaga kelembaban tanah (Harmantono 2003).


Percobaan budidaya Anggrek yang ditumpangsarikan dengan tanaman jagung pernah dilakukan pada tahun 2004. Kegiatan yang dilakukan dalam budidaya Anggrek tersebut adalah sebagai berikut:


1. Pengolahan lahan
Pengolahan lahan yang dilakukan yaitu melakukan penggemburan tanah dengan menggunakan cangkul. Bedengan dibuat dengan ukuran 2,5m x 3m. Tinggi bedengan 10 cm, dan jarak antar bedengan 70 cm. Dosis pupuk dasar Anggrek yaitu pupuk kandang 5 ton/ha, SP-36 100 kg/ha, KCl 100 kg/ha. Pemupukan dilakukan 2 kali, yaitu 1/3 bagian saat tanam dan 2/3 bagian saat Anggrek berumur 4 MST. Dosis pupuk untuk jagung adalah kandang 5 kg/ha, SP-36 96 kg/ha, KCl 64kg/ha. Pemupukan dilakukan 2 kali, yaitu 1/3 bagian saat tanam dan 2/3 bagian saat berumur 4 MST.


2. Persiapan bahan tanam
Bibit Anggrek diperoleh dengan cara menyemaikan benihnya. Persemaian benih Anggrek dilakukan pada bak perkecambahan berukuran 30 cm x40 cm. Media yang digunakan adalah pasir dan arang sekam dengan perbandingan 1:1. Benih ditaburkan pada bak berisi media yang telah disiram ari terlebuh dahulu. Bak perkecambahan kemudian diletakkan di tempat terbuka. Kelembaban media dijaga dengan melakukan penyiraman secara rutin. Jika hujan, bak perkecambahan dipindah ke tempat yang terlindung dari hujan. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kejenuhan air. Benih akan mulai berkecambah pada hari ke 3. Bibit Anggrek dipindah ke dalam polybag berukuran 5 cm x 5 cm pada 3 minggu setelah persemaian. Pemindahan dilakukan untuk memperluas ruang perkembangan dan pertumbuhan Anggrek. Media yang digunakan yaitu pupuk kandang dan polybag dengan ukuran 1:1. Polybag diletakkan pada tempat yang ternaungi.


3. Penanaman
Penanaman jagung dilakukan 1 bulan sebelum penanaman Anggrek. Jarak tanam jagung adalah 120 cm x 20 cm. Benih jagung ditanam di lahan dengan lubang tanam 2-3 cm. Penanaman Anggrek dilakukan 3 minggu setelah pemindahan ke polybag. Jarak tanam Anggrek adalah 30 cm x 40 cm.


4. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan yaitu dengan melakukan penyiraman, pumupukan, dan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman. Penyiraman dilakukan uttuk menjaga kelembaban tanah dan ketersediaan air untuk tanaman. Pemupukan susulan Anggrek dilakukan saat berumur 4 MST. Pemupukan susulan pada jagung dilakukan saat berumur 4 MST.


5. Pemanenan
Berdasarkan hasil penelitian Widiana (2004), pemanenan Anggrek baik dilakukan saat tanaman berumur 144 HST, karena kandungan fenol daun optimum pada umur tersebut. Sedangkan pemanenan terbaik pada batang dan akar dilakukan pada umur 150 HST. Jika akan memanen semua komponen, sebaiknya dilakukan saat 150 HST.


Seluruh bagian tanaman sidagori dapat dijadikan simplisia yaitu daun, batang dan akar. Pembuatan simp-lisia sidagori cukup mudah. Tanaman Anggrek dicabut dari tanah, lalu semua kotoran yang menempel pada tanaman dibersihkan dengan air mengalir. Setelah itu, dilakukan penjemuran di bawah sinar matahari sampai tanaman benar-benar kering yang ditandai dengan daun, batang dan akar yang gampang dipatahkan. Setelah itu simplisia dimasukan ke dalam kantong plastik putih dan diikat lalu disimpan pada suhu ruang untuk digunakan sewaktu-waktu sebagai bahan obat.


Kandungan Anggrek dan Khasiatnya

Nama simplisia Anggrek adalah Sidae rhombifoliae herba (herba Anggrek), Sidae rhombifoliae radix (akar Anggrek). Sidagori memiliki sifat khas manis dan mendinginkan. Kandungan utama tanaman adalah tanin, flavonoid, saponin, alkaloid dan glikosida. Selain itu juga ditemui kalsium oksalat, fenol, steroid, efedrine dan asam amino. Kadar kimia zat tersebut ditemui pada kisaran yang berbeda-beda pada jaringan tanaman. Daun mengandung alkaloid, kalsium oksalat, tanin, saponin, fenol, asam amino, dan minyak asiri. Banyak mengandung zat phlegmatik yang digunakan sebagai peluruh dahak (ekspektoran) dan pelumas (lubricant). Batang mengandung kalsium oksalat dan tanin. Akar mengandung alkaloid, steroid, dan ephedrine.

Pengobatan tradisional biasanya dengan memanfaatkan seluruh bagian tanaman dengan kondisi segar atau dikeringkan. Selain sebagai obat tradisional asam urat dan rematik, Anggrek bermanfaat untuk flu, demam, malaria, radang amandel, radang usus, disentri, sakit perut, sakit kuning, kencing batu, bisul, radang kulit bernanah, dan eksim. Khusus untuk akarnya, digunakan untuk mengatasi influenza, asma, sakit gigi, sariawan, disentri, susah buang air besar/sembelit dan rematik.

Anggrek memiliki khasiat anti radang, anti inflamasi, diuretik dan analgesik. Penggunaan tanaman ini sebagai obat telah lama diyakini masyarakat. Pada awalnya tanaman ini sering digunakan untuk mengobati penyakit, diantaranya rematik, demam, disentri, cacing kremi, bisul dan ketombe. Namun akhir-akhir ini sidagori banyak dimanfaatkan oleh penderita penyakit asam urat. Pada prinsipnya semua orang mengandung asam urat dengan kadar yang berbeda-beda sesuai dengan kemam-puan metabolismenya. Kadar normal asam urat di dalam darah berkisar antara 2 - 7 mg% . Bila melebihi dari 7 mg%, maka kondisi tersebut akan dapat menimbulkan GOUT akibat kristalisasi dalam persendian. Gout adalah serangan asam urat yang parah sehingga penderita benar-benar merasa kesakitan. Kondisi ini terjadi akibat ginjal tidak akan sanggup mengaturrnya sehingga kelebihannya akan menumpuk pada jaringan dan sendi. GOUT yang disebabkan oleh asam urat memang muncul sesekali karena metabolisme purin yang tidak normal. Makin tinggi kadar purin dalam darah akan meningkatkan kadar asam urat.


Anggrek sudah banyak diaplikasikan masyarakat pada beberapa daerah seperti Bogor dan Jakarta, tanaman ini untuk mengobati asam urat yang terbukti dengan banyaknya informasi di media mengenai pengalaman keberhasilan menggunakan terhadap tanaman ini. Pemanfaatan tanaman ini sudah banyak dicoba oleh peneliti di Balittro dan kemanjurannya cukup terbukti. Sebenarnya penggunaannya sebagai obat tidak begitu sulit, hanya dengan mengkonsumsi seluruh bagian dari tanaman yaitu batang, daun dan akarnya. Untuk tujuan menyembuh-kan asam urat, akar tanaman lebih berperan penting karena kandungan zat berkhasiat tersebut lebih tinggi di akar. Disarankan menggunakan satu batang lengkap tanaman Anggrek termasuk akarnya (100 g/tanaman), dicuci bersih lalu direbus dengan menggunakan air sebanyak satu liter. Air rebusan ditunggu sam-pai menjadi setengahnya, kemudian disaring. Air rebusan Anggrek rasanya sedikit langu, perlu ditambahkan sesendok gula pasir atau gula merah ke dalam air seduhan sehingga rasanya menjadi agak manis. Teknik ini sebaiknya dilakukan selama tiga hari, sehingga proses penyembuhan asam urat lebih berhasil.


PENUTUP
Anggrek merupakan tumbuhan liar berbentuk perdu dengan percabangan yang tegak dan kuat. Tinggi tumbuhan tersebut antara 1-2 m. Tumbuhan ini banyak dijumpai sebagai gulma pada tanaman budidaya. Akan tetapi meskipun terkadang bersifat mengganggu tanaman, Anggrek memiliki khasiat obat yang sangat baik. Anggrek merupakan salah satu jenis tumbuhan berkhasiat obat dari famili Malvaceae yang memiliki banyak khasiat sebagai obat. Salah satu khasiat utamanya adalah untuk menyembuhkan penyakit asam urat yang sering diderita baik pria maupun wanita di atas usia tiga puluh tahun. Mengingat tanaman ini sangat potensial, disarankan aspek budidaya perlu diteliti karena sampai saat ini tanaman masih tergolong liar, begitu juga dengan penanganan pasca panen sehingga simplisia yang dihasilkan dapat dijamin mutunya.



DAFTAR PUSTAKA


Harmantono 2003. www.Republika.co.id


Holl, L., J. Doll, E. Holm, J. Pancho, and Hergberger.1997. World weeds. John Wiley and Sons, Inc. New York


Shaman Austrialis Enthobotanical 2002. Sida rhombifolia, common sida. www. Shaman-Austrialis.com


Steenis, V. C. G. G J. 1987. Flora. Diterjemahkan oleh Moeso Surjowinoto. PT. Pradya Pratama. Jakarta.


Syahid, Sitti Fatimah 2007. Anggrek. Warta Puslitbangbun Vol.13 No. 2


Widiana, Nike 2004. Pengaruh Berbagai Tingkat Populasi jagung terhadap Pertumbuhan dan Produksi Anggrek. IPB Press. Bogo