BUDIDAYA
KAKAO
(Theobroma cacao)
Kakao merupakan salah satu
komoditas andalan yang berperan penting dalam
perekonomian Indonesia. Besarnya minat masyarakat
untuk mengembangkan tanaman kakao terlihat nyata
dengan banyaknya permintaan benih serta pelatihan
budidaya kakao.
Kakao atau Theobroma cacao
L., merupakan salah satu komoditas perkebunan
yang cocok dengan kultur tanah dan iklim di
Indonesia. Tanaman ini termasuk golongan tumbuhan
tropis.
Di Indonesia, kakao banyak
tumbuh di daerah Sulawesi, Lampung, dan Flores,
Nusa Tenggara Timur. Maklum, di daerah tersebut
banyak terdapat lahan tidur yang cocok ditanami
kakao.
Apalagi, hasil komoditasnya
yang bernilai ekonomi tinggi mendorong minat
para petani di sana untuk membudidayakannya.
Namun, tidaklah mudah membudidayakan tanaman
ini. Persiapan naungan dan lahan merupakan dua
hal penting yang perlu diperhatikan. Naungan
itu bisa berupa tanaman pelindung, seperti lamtoro,
gleresidae, dan albazia. Selebihnya, proses
membudidayakan kakao tak terlalu rumit.
Kakao (Theobroma cacao) merupakan
tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika
Selatan. Biji tumbuhan kakao dapat dihasilkan
produk olahan yang dikenal sebagai cokelat.
Kakao adalah komoditas perkebunan yang bernilai
ekonomi tinggi. Tanaman yang merupakan bahan
baku cokelat ini dapat berbuah sepanjang tahun.
Itulah sebabnya kenapa banyak petani kepincut
membudidayakannya. Di habitat asalnya, kakao
biasa tumbuh di bagian hutan hujan tropis yang
terlindung di bawah pohon-pohon besar. Kakao
merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk
pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10m.
Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya
dibuat tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk
menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk
memperbanyak cabang produktif.
Bunga kakao, sebagaimana anggota
Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung dari
batang (cauliflorous). Bunga sempurna berukuran
kecil (diameter maksimum 3cm), tunggal, namun
nampak terangkai karena sering sejumlah bunga
muncul dari satu titik tunas.
Bunga
kakao tumbuh dari batang.
Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama
lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut bersayap,
afid, dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya
terjadi pada malam hari1. Bunga siap diserbuki
dalam jangka waktu beberapa hari.
Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk
silang dan memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri
. Walaupun demikian, beberapa varietas kakao
mampu melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan
jenis komoditi dengan nilai jual yang lebih
tinggi.
Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran
buah jauh lebih besar dari bunganya, dan berbentuk
bulat hingga memanjang. Buah terdiri dari 5
daun buah dan memiliki ruang dan di dalamnya
terdapat biji. Warna buah berubah-ubah. Sewaktu
muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila masak
kulit luar buah biasanya berwarna kuning.
Biji terangkai pada plasenta yang tumbuh dari
pangkal buah, di bagian dalam. Biji dilindungi
oleh salut biji (aril) lunak berwarna putih.
Dalam istilah pertanian disebut pulp. Endospermia
biji mengandung lemak dengan kadar yang cukup
tinggi. Dalam pengolahan pascapanen, pulp difermentasi
selama tiga hari lalu biji dikeringkan di bawah
sinar matahari.
Jenis-jenis
komoditi
Buah dari tiga hibrida kakao yang berbeda seri
"Djatiroenggo" (DR).
Kakao sebagai komoditas perdagangan biasanya
dibedakan menjadi dua kelompok besar: kakao
mulia ("edel cacao") dan kakao curah
("bulk cacao").
Di Indonesia, kakao mulia dihasilkan
oleh beberapa perkebunan tua di Jawa. Varietas
penghasil kakao mulia berasal dari pemuliaan
yang dilakukan pada masa kolonial Belanda, dan
dikenal dari namanya yang berawalan "DR"
(misalnya DR-38). Singkatan ini diambil dari
singkatan nama perkebunan tempat dilakukannya
seleksi (Djati Roenggo, di daerah Ungaran, Jawa
Tengah). Varietas kakao mulia berpenyerbukan
sendiri dan berasal dari tipe Criollo.
Buah kakao Criollo.
Sebagian besar daerah produsen kakao di Indonesia
menghasilkan kakao curah. Kakao curah berasal
dari varietas-varietas yang self-incompatible.
Kualitas kakao curah biasanya rendah, meskipun
produksinya lebih tinggi. Bukan rasa yang diutamakan
tetapi biasanya kandungan lemaknya.
Klon Harapan ARD-ACIAR 10,
Klon Harapan ARD-ACIAR 24 dan Klon Harapan ARD-ACIAR
25. "Varietas kakao Klon Harapan ini merupakan
varietas unggul yang diharapkan mampu bertahan
terhadap serangan hama penggerek batang kakao
(PBK).
Negara
Penghasil kakao
Delapan negara penghasil kakao terbesar adalah
(data tahun panen 2005)
1 Pantai Gading (38%)
2 Ghana (19%)
3 Indonesia (13%, sebagian besar kakao curah)
4 Nigeria (5%)
5 Brasil (5%)
6 Kamerun (5%)
7 Ekuador (4%)
8 Malaysia (1%)
Negara-negara lain menghasilkan
9% sisanya.
Klasifikasi
ilmiah Tanaman Kakao
Kerajaan :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Malvales
Famili :
Malvaceae
(Sterculiaceae)
Genus :
Theobroma
Spesies :
T. cacao
Nama binomial
Theobroma cacao L. |
Tanaman Kakau beserta buahnya |
Sejarah Coklat
Kakao sebagai bahan utama pembuatan coklat
menurut sejarahnya tidak hanya untuk coklat
saja, menurut Sejarah Cokelat yang di kutip
dari Wikipedia. sebagai berikut :
Dokumentasi paling awal tentang
cokelat ditemukan pada penggunaannya di sebuah
situs pengolahan cokelat di Puerto Escondido,
Honduras sekitar 1100 -1400 tahun SM. Residu
yang diperoleh dari tangki-tangki pengolahan
ini mengindikasikan bahwa awalnya penggunaan
kakao tidak diperuntukkan untuk membuat minuman
saja, namun selput putih yang terdapat pada
biji kokoa lebih condongdigunakan sebagai sumber
gula untuk minuman beralkohol.
Residu cokelat yang ditemukan
pada tembikar yang digunakan oleh suku Maya
kuno di Río Azul, Guatemala Utara, menunjukkan
bahwa Suku Maya meminum cokelat di sekitar tahun
400 SM. Peradaban pertama yang mendiami daerah
Meso-Amerika itu mengenal pohon “kakawa”
yang buahnya dikonsumsi sebagai minuman xocolatl
yang berarti minuman pahit. Menurut mereka,
minuman ini perlu dikonsumsi setiap hari, entah
untuk alasan apa. Namun, tampaknya cokelat juga
menjadi simbol kemakmuran. Cara menyajikannya
pun tak sembarangan. Dengan memegang wadah cairan
ini setinggi dada dan menuangkan ke wadah lain
di tanah, penyaji yang ahli dapat membuat busa
tebal, bagian yang membuat minuman itu begitu
bernilai. Busa ini sebenarnya dihasilkan oleh
lemak kokoa (cocoa butter) namun terkadang ditambahkan
juga busa tambahan. Orang Meso-Amerika tampaknya
memiliki kebiasaan penting minum dan makan bubur
yang mengandung cokelat. Biji dari pohon kakao
ini sendiri sangat pahit dan harus difermentasi
agar rasanya dapat diperolah. Setelah dipanggang
dan dibubukkan hasilnya adalah cokelat atau
kokoa. Diperkirakan kebiasaan minum cokelat
suku Maya dimulai sekitar tahun 450 SM –
500 SM. Konon, konsumsi cokelat dianggap sebagai
simbol status penting pada masa itu. Suku Maya
mengkonsumsi cokelat dalam bentuk cairan berbuih
ditaburi lada merah, vanila, atau rempah-rempah
lain. Minuman coklat juga dipercaya sebagai
pencegah lelah, sebuah kepercayaan yang mungkin
disebabkan dari kandungan theobromin didalamnya.
Ketika peradaban Maya klasik
runtuh (sekitar tahun 900) dan digantikan oleh
bangsa Toltec, biji kokoa menjadi komoditas
utama Meso-Amerika. Pada masa Kerajaan Aztec
berkuasa (sampai sekitar tahun 1500 SM) daerah
yang meliputi Kota Meksiko saat ini dikenal
sebagai daerah Meso-Amerika yang paling kaya
akan biji kokoa. Bagi suku Aztec biji kokoa
merupakan “makanan para dewa” (theobroma,
dari bahasa Yunani). Biasanya biji kokoa digunakan
dalam upacara-upacara keagamaan dan sebagai
hadiah.
Cokelat juga menjadi barang
mewah pada masa Kolombia-Meso Amerika, dalam
kebudayaan mereka yaitu suku Maya, Toltec, dan
Aztec biji kakao (cacao bean) sering digunakan
sebagai mata uang. Sebagai contoh suku Indian
Aztec menggunakan sistem perhitungan dimana
satu ayam turki seharga seratus biji kokoa dan
satu buah alpukat seharga tiga biji kokoa
Sementara tahun 1544 M, delegasi
Maya Kekchi dari Guatemala yang mengunjungi
istana Spanyol membawa hadiah, di antaranya
minuman cokelat.
Di awal abad ke-17, cokelat
menjadi minuman penyegar yang digemari di istana
Spanyol. Sepanjang abad itu, cokelat menyebar
di antara kaum elit Eropa, kemudian lewat proses
yang demokratis harganya menjadi cukup murah,
dan pada akhir abad itu menjadi minuman yang
dinikmati oleh kelas pedagang. Kira-kira 100
tahun setelah kedatangannya di Eropa, begitu
terkenalnya cokelat di London, sampai didirikan
“rumah cokelat” untuk menyimpan
persediaan cokelat, dimulai di rumah-rumah kopi.
Rumah cokelat pertama dibuka pada 1657.
Di tahun 1689 seorang dokter
dan kolektor bernama Hans Sloane, mengembangkan
sejenis minuman susu cokelat di Jamaika dan
awalnya diminum oleh suku apothekari, namun
minuman ini kemudian dijual oleh Cadbury bersaudara.
Semua cokelat Eropa awalnya
dikonsumsi sebagai minuman. Baru pada 1847 ditemukan
cokelat padat. Orang Eropa membuang hampir semua
rempah-rempah yang ditambahkan oleh orang Meso-Amerika,
tetapi sering mempertahankan vanila. Juga mengganti
banyak bumbu sehingga sesuai dengan selera mereka
sendiri mulai dari resep khusus yang memerlukan
ambergris, zat warna keunguan berlilin yang
diambil dari dalam usus ikan paus, hingga bahan
lebih umum seperti kayu manis atau cengkeh.
Namun, yang paling sering ditambahkan adalah
gula. Sebaliknya, cokelat Meso-Amerika tampaknya
tidak dibuat manis.
Cokelat Eropa awalnya diramu
dengan cara yang sama dengan yang digunakan
suku Maya dan Aztec. Bahkan sampai sekarang,
cara Meso-Amerika kuno masih dipertahankan,
tetapi di dalam mesin industri. Biji kokoa masih
sedikit difermentasikan, dikeringkan, dipanggang,
dan digiling. Namun, serangkaian teknik lebih
rumit pun dimainkan. Bubuk cokelat diemulsikan
dengan karbonasi kalium atau natrium agar lebih
mudah bercampur dengan air (dutched, metode
emulsifikasi yang ditemukan orang Belanda),
lemaknya dikurangi dengan membuang banyak lemak
kokoa (defatted), digiling sebagai cairan dalam
gentong khusus (conched), atau dicampur dengan
susu sehingga menjadi cokelat susu (milk chocolate).
TEKNIK
BUDIDAYA KAKAO
SYARAT
TUMBUH TANAMAN KAKAO
KESESUAIAN LAHAN DAN SYARAT TUMBUH TANAMAN
KAKAO
Untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik,
tanaman kakao menghendaki lahan yang sesuai,
yang mempunyai keadaan iklim dan keadaan tanah
tertentu
Keadaan iklim yang sesuai untuk tanaman kakao,
antara lain :
- Curah hujan cukup dan terdistribusi merata,
dengan jumah curah hujan 1500- 2500 mm/th, dengan
bulan kering tidak lebih
dari 3 bulan.
- Suhu rata-rata antara 15 ? 30 C, dengan suhu
optimum 25,5 C
- Fluktuasi suhu harian tidak lebih dari 9 C
- Tidak ada angin yang bertiup kencang
Keadaan tanah yang dikehendaki tanaman kakao
antara lain :
- Solum tanah dalam (>150 cm)
- Tekstur dan struktur tanah baik, sehingga
tanah mempunyai daya menahan air, aerasi, dan
drainase yang baik
- pH tanah antara 6 - 7
- Kandungan bahan organik tidak kurang dari
3%
- Kandungan unsur hara cukup tinggi
Dengan peninjauan dan survei langsung di lapangan
akan dapat diperoleh data primer maupun data
sekunder mengenai keadaan iklim dan tanah untuk
lahan daerah dimaksud.
Berdasarkan data-data keadaan kondisi iklim
dan tanah, tingkat kesesuaian lahan untuk suatu
tanaman dapat dievaluasi dan diklasifikasikan
dalam katagori sesuai (S) atau tidak sesuai
(N). Lahan yang sesuai dapat
dibedakan menjadi S1 (sesuai), S2 (cukup sesuai),
dan S3 (kurang sesuai).
Curah Hujan Curah hujan yang berhubungan dengan
pertanaman dan produksi kakao ialah distribusinya
sepanjang tahun. Hal tersebut berkaitan dengan
masa pembentukan tunas muda dan produksi. Areal
penanaman kakao yang ideal adalah daerah-daerah
dengan curah hujan 1.100-3.000 mm per tahun.
Curah hujan yang melebihi 4.500 mm per tahun
tampakya berkaitan erat dengan serangan penyakit
busuk buah (blask pods). Daerah yang curah hujannya
lebih rendah dari 1.200 mm per tahun masih dapat
ditanami kakao, tetapi dibutuhkan air irigasi.
Hal ini disebabkan air yang hilang karena transpirasi
akan lebih besar dari pada air yang diterima
tanaman dari curah hujan, sehingga tanaman harus
dipasok dengan air irigasi. Di tinjau dari tipe
iklimnya, kakao sangat ideal ditanam pada daerah-daerah
yang tipenya iklim Am (menurut Koppen) atau
B (menurut Scmidt dan Fergusson). Di daerah-daerah
yang tipe iklimnya C menurut (Scmidt dan Fergusson)
kurang baik untuk penanaman kakao karena bulan
keringnya yang panjang. Dengan membandingkan
curah hujan diatas dengan curah hujan tipe Asia,
Ekuator dan Jawa maka secara umum areal penanaman
kakao di Indonesia masih potensial untuk dikembangkan.
Adanya pola penyebab curah hujan yang tetap
akan mengakibatkan pola panen yang tetap pula.
Ditinjau
dari wilayah penanamannya kakao ditanam pada
daerah-daerah yang berada pada 10o LU sampai
dengan 10o LS. Walaupun demikian penyebaran
pertanaman kakao secara umum berada diantara
7oLU sampai 18oLS. Hal ini erat kaitannya dengan
distribusi curah hujan dan jumlah penyinaran
matahari sepanjang tahun. Kakao juga masih toleran
pada daerah 20o LU sampai 20o LS.Dengan demikian
Indonesia yang berada pada 5o LU sampai dengan
10o LS masih sesuai untuk pertanaman kakao.
Sejumlah faktor iklim dan tanah
menjadi kendala bagi pertumbuhan. Lingkungan
alami tanaman kakao adalah hutan tropis. Dengan
demikian curah hujan, suhu udara dan sinar matahari
menjadi bagian dari faktor iklim yang menentukan.
Demikian juga dengan faktor fisik dan kimia
tanah yang erat kaitannya dengan daya tembus
(penetrasi) dan kemampuan akar menyerap hara.
Ketinggian tempat Ketinggian tempat di Indonesia
yang ideal untuk penanaman kakao adalah tidak
lebih tinggi dari 800 m dari permukaan laut.
Temperatur Pengaruh temperatur terhadap kakao
erat kaitannya dengan ketersedian air, sinar
matahari dan kelembaban. Faktor-faktor tersebut
dapat dikelola melalui pemangkasan, penataan
tanaman pelindung dan irigasi. Temperatur sangat
berpengaruh terhadap pembentukan flush, pembungaan,
serta kerusakan daun. Menurut hasil penelitian,
temperatur ideal bagi tanaman kakao adalah 300C
- 320C (maksimum) dan 180C-210C (minimum). Kakao
juga dapat tumbuh dengan baik pada temperatur
minimum 15o C perbulan. Temperatur ideal lainnya
dengan distribusi tahunan 16,60C masih baik
untuk pertumbuhan kakao asalkan tidak didapati
musim hujan yang panjang. Berdasarkan keadaan
iklim di Indonesia temperatur 250-260 C merupakan
temperatur rata-rata tahunan tanpa faktor terbatas.
Karena itu daerah-daerah tersebut sangat cocok
jika ditanami kakao. Temperatur yang lebih rendah
100 C dari yang dituntut tanaman kakao akan
mengakibatkan gugur daun dan mengeringnya bunga,
sehingga laju pertumbuhannya berkurang. Temperatur
yang tinggi akan memacu pembungaan, tetapi kemudian
akan gugur. Pembungaan akan lebih baik jika
berlangsung pada temperatur 230 C. Demikian
juga tempertur 26oC pada malam hari masih lebih
baik pengaruhnya terhadap pembungaan dari pada
temperatur 23o-300 C. Temperatur tinggi selama
kurun waktu yang panjang berpengaruh terhadap
bobot biji. Tempertur yang relatif rendah akan
menyebabkan biji kakao banyak mengandung asam
lemak tidak jenuh dibandingkan dengan suhu tinggi.
Pada areal tanaman yang belum menghasilkan kerusakan
tanaman sebagi akibat dari temperatur tinggi
selama kurun waktu yang panjang ditandai dengan
matinya pucuk. Daun kakao masih toleran sampai
suhu 50o C untuk jangka waktu yang pendek. Temperaturvyang
tinggi tersebut menyebabkan gejala necrossis
pada daun. Sinar Matahari Lingkungan hidup alami
tanaman kakao ialah hutan hujan tropis yang
didalam pertumbuhanya membutuhkan naungan untuk
mengurangi pencahayaan penuh.
Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti
tanaman kakao akan mengakibatkan lilit batang
kecil, daun sempit, dan batang relatif pendek.
Pemanfaatan cahaya matahari semaksimal mungkin
dimaksudkan untuk mendapatkan intersepsi cahaya
dan pencapain indeks luas daun optimum. Kakao
tergolong tanaman C3 yang mampu berfotosintesis
pada suhu daun rendah. Fotosintesis maksimum
diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk
sebesar 20 persen dari pencahayaan penuh. Kejenuhan
cahaya didalam fotosintesis setiap daun yang
telah membuka sempurna berada pada kisaran 3-30
persen cahaya matahari atau pada 15 persen cahaya
matahari penuh. Hal ini berkaitan pula dengan
pembukaan stomata yang lebih besar bila cahaya
matahari yang diterima lebih banyak.
Air dan hara
Air dan hara merupakan faktor penentu bila mana
kakao akan ditanam dengan sistem tanpa tanaman
pelindung sehingga terus menerus mendapat sinar
atahari secara penuh.
Naungan
Pembibitan kakao membutuhkan naungan, karena
benih kakao akan lebih lambat pertumbuhannya
pada pencahayaan sinar matahari penuh. Penanaman
kakao tanpa pelindung saat ini giat diteliti
dan diamati karena berhubungan dengan biaya
penanaman maupun pemeliharaan. Penanaman dilakukan
dipagi hari pada musim hujan tenyata lebih baik
hasilnya kalau sore/malam harinya hujan turun
dibandingkan dengan jika hujan yang turun 2
hari kemudian. Dengan demikian, air dan hara
memang merupak faktor penentu bila mana cahaya
matahari dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi
pertanaman kakao.
Tanah
Kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah,
asalkan persyaratan kimia dan fisik yang berperan
dalam pertumbuhan dan produksi tanaman kakao
terpenuhi.
Kemasaman tanah, kadar zat organik, unsur hara,
kapasitas adsorbsi, dan kejenuhan basa merupakan
sifat kimia yang perlu diperhatikan, sementara
faktor fisiknya adalah kedalaman efektif, tinggi
permukan air tanah, drainse, struktur dan konsesntensi
tanah. Selain itu kemiringan lahan juga merupakan
sifat fisik yang mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi kakao.
Sifat
kimia
Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada
tanah yang memiliki masaman pH 6-7.5 tidak lebih
tinggi dari 8, serta tidak lebih rendah dari
8.
Bahan
organik tanah
Kadar zat organik yang tinggi akan meningkatkan
laju pertumbuhan pada masa sebelum panen. Untuk
itu zat organik pada lapisan tanah setebal 0-15
cm sebaiknya lebih dari 3 persen.
Kadar
tersebut setara dengan 1.75 persen unsur karbon
yang dapat menyediakan hara dan air serta struktur
tanah yang gembur.
Untuk meningkatkan kadar zat
organik dapat dipergunakan serasah sisa pemangkasan
maupun pembenaman kulit buah kakao. 900 kg kulit
buah kakao memberikan hara 28 gram urea, 9 kg
P, 56.6 kg Mo dan 8 Kg kiserit. Sebaiknya tanah-tanah
yang hendak ditanam kakao paling tidak juga
mengandung kalsium lebih besar dari 8 me per
100 gram contoh tanah da kalsium lebih besar
dari 0.24 me per 100 gram pada kedalaman 0-15
cm
PERSIAPAN
LAHAN DAN NAUNGAN
Persiapan lahan dan naungan sebaiknya sudah
dilakukan satu tahun sebelum tanaman kakao ditanam,
sehingga pada saat bibit kakao ditanam, tanaman
penaung di lapangan sudah tumbuh dengan baik
dan siap berfungsi sebagai penaung kakao. Untuk
tanaman penaung, biasanya digunakan Moghania
macrophyla sebagai tanaman penaung sementara,
dan tanaman Gamal (Gliricidia sp) atau Lamtoro
(Leucaena sp) sebagai tanaman penaung tetap.
Di samping itu dapat pula digunakan tanaman-tanaman
produktif seperti pisang sebagai penaung sementara,
kelapa sebagai tanaman penaung tetap, ataupun
tanaman lainnya.
Moghania macrophylla
Sebagai tanaman penaung sementara, Moghania
macrophylla ditanam satu tahun sebelum tanam
kakao, dengan menggunakan benih sekitar 20-
30 kg/ha, dan ditanam sebagai barisan arah utara-selatan
dengan jarak antar barisan sesuai dengan jarak
tanam kakao (misalnya 3 m). Diharapkan pada
saat tanam kakao, barisan Moghania sudah mencapai
tinggi sekitar 2,5 m dan sinar matahari yang
masuk lorong tempat tanaman kakao ditanam pada
jam 11.00 s/d
13.00. Tanaman Moghania macrophylla dapat disiwing
sehingga lorong menjadi lebih longgar. Setiap
tahun pada awal musim hujan dapat dipotong sampai
ketinggian 10 cm dari permukaan tanah. Pada
saat tanaman kakao berumur 4 tahun atau pada
saat tajuk kakao sudah saling menutup, tanaman
penaung sementara Moghania macrophylla ini didongkel
seluruhnya.
Gamal (Gliricidia sp) atau Lamtoro (Leucaena
sp)
Sebagai tanaman penaung tetap, Gamal (Gliricidia
sp) atau Lamtoro (Leucaena sp) ditanam bersamaan
dengan saat tanam naungan sementara, yaitu satu
tahun sebelum tanam kakao. Bahan tanaman Gamal
(Gliricidia sp) berupa stek panjang 1,5 m dan
diameter sekitar 5 cm, sedangkan
Lamtoro (Leucaena sp) berupa
cangkokan dengan panjang sekitar 1 m. Pada awalnya
tanaman penaung tetap ditanam dengan jarak sesuai
dengan jarak tanam kakao (misalnya 3x3 m), dan
selanjutnya populasinya dikurangi secara sistematis
dan bertahap, yaitu pada saat tanaman kakao
berumur 4 tahun didongkel 25%, dan pada saat
kakao berumur 5 tahun didongkel lagi 25%.
Populasi tanaman penaung tetap Gamal atau Lamtoro
tersebut selanjutnya dipertahankan sekitar 500-600
ph/ha untuk daerah bertipe curah hujan C-D,
dan sekitar 200-300 ph/ha untuk daerah bertipe
curah hujan A-B.
Berdasar populasi tersebut, selanjutnya pada
awal musim hujan sebanyak 50% ditokok berselang-seling,
dan 50% sisanya ditokok pada awal musim hujan
berikutnya.
PEMANFAATAN
TANAMAN LAIN SEBAGAI PENAUNG
Tanaman-tanaman produktif dan mempunyai nilai
ekonomis, yang mempunyai tajuk lebih tinggi
daripada tanaman kakao, mempunyai kesamaan persyaratan
lahan dengan tanaman kakao, serta tidak bersifat
kontradiktif dengan tanaman kakao, dapat dimafaatkan
untuk tanaman penaung kakao.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan
tanaman bernilai ekonomis tersebut adalah pengaturan
tata tanam agar persaingan antara tanaman kakao
dengan tanaman penaung tersebut diusahakan seminimal-
minimalnya, namun tanaman tersebut dapat.memberikan
naungan yang cukup untuk tanaman kakao
Pisang (Musa paradisiaca)
Tanaman pisang dapat dimanfatkan sebagai tanaman
penaung sementara dalam budidaya kakao. Tanaman
pisang dapat ditanam dengan jarak tanam 6x3
m, sehingga di dalam lorong tanaman pisang arah
utara- selatan dapat ditanam 2 baris tanaman
kakao dengan jarak tanam 3x3 m. Sebagai tanaman
penaung sementara, tanaman pisang dapat ditanam
6- 12 bulan sebelum tanam kakao. Selanjutnya
rumpun pisang dapat diatur dengan memelihara
2-3 anakan saja. Tanaman pisang dapat dipelihara
sampai tahun ke 4 atau sesuai dengan keperluan
dengan tetap memperhatikan tingkat penaungannya
untuk tanaman kakao. Tata tanam kakao dengan
pisang sebagai tanaman penaung sementara dapat
digambarkan sebagai berikut :
x o o x o o x o o x o o x o
o x
o o o o o o o o o o
x o o x o o x o o x o o x o o x
o o o o o o o o o o
x o o x o o x o o x o o x o o x
o o o o o o o o o o
x o o x o o x o o x o o x o o x
o o o o o o o o o o
x o o x o o x o o x o o x o o x
Keterangan
- Jarak tanam kakao 3 x 3 m (1100 ph/ha)
- Jarak tanam kelapa 6 x 3 m (550 ph/ha)
Barisan arah utara-selatan
Kelapa (Cocos nucifera)
Tanaman kelapa dapat digunakan sebagai tanaman
penaung tetap untuk tanaman kakao. Dalam hal
ini harus diatur agar persaingan minimal.
Sebaran akar kakao terbanyak sampai radius 1
m dan sebaran akar kelapa terbanyak sampai radius
2 m, oleh karena itu perlu dibuat tatatanam
dengan jarak antara kakao dan kelapa minimal
3 m. Dengan jarak tanam kelapa 10x10 m dan
jarak tanam kakao 4x2 m dalam gawangan kelapa
utara-selatan, maka dapat diperoleh pertanaman
dengan populasi tanaman yang cukup yaitu tanaman
kakao 1000 ph/ha dan kelapa 100 ph/ha. Sebagai
penaung tanaman kakao, fungsi penaungan tanaman
kelapa dapat diatur dengan melakukan siwingan
(pangkasan) pelepah bila penaungannya terlalu
gelap, terutama pada musim hujan. Demikian pula
pada tanaman kelapa yang sudah cukup tua dan
tinggi, apabila penaungannya kurang dapat ditambah
tanaman penaung lain misalnya dengan lamtoro
yang ditanam di diagonal tanaman kelapa.
Tata tanam dalam penggunaan
kelapa sebagai penaung kakao dapat
disusun sebagaimana gambar berikut
X o o X o o X o o X o o X
o o o o o o o o
o o o o o o o o
o o o o o o o o
o o o o o o o o
X o o X o o X o o X o o X
o o o o o o o o
o o o o o o o o
o o o o o o o o
o o o o o o o o
o o o o o o o o
X o o X o o X o o X o o X
Keterangan
- Jarak tanam kakao 4x2 m (1000 ph/ha)
- Jarak tanam kelapa 10x10 m (100 ph/ha)
- Jarak kakao-kelapa 3 m
Tanaman kayu-kayuan dan
tanaman lainnya
Tanaman kayu-kayuan atau tanaman lain yang mempunyai
nilai ekonomis juga dapat dimanfaatkan sebagai
penaung, tanaman sela, ataupun tanaman tepi
dalam budidaya kakao. Tanaman Jati (Tectona
grandis) dan Sengon (Albisia falcata) dapat
dimanfaatkan sebagai tanaman tepi kebun ataupun
tanaman sela pada pertanaman kakao. Pada pertanaman
kakao tersebut tetap dimanfaatkan penaung Lamtoro
atau Gamal, sedangkan Jati dan Sengon ditanam
dalam barisan dua baris (double row) 3 x 2 m
dengan jarak antar barisan jati atau sengon
24 - 30 m. Dengan tatatanam demikian terbentuk
lorong diantara tanaman jati atau sengon, yang
dapat ditanami tanama kakao 3x3 m Dalam hal
ini jati, sengon atau tanaman kayu-kayuan yang
lain dapat difungsikan sebagai tanaman penaung
dan atau tanaman pematah angin.
x x o o . o o + + o o . o o
x x o o . o o + +
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o +
+
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o +
+
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o +
+
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o +
+
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o +
+
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o +
+
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o +
+
x x o o . o o + + o o . o o x x o o . o o +
+
Keterangan
- Jarak tanam kakao (3 x 3) m
- Jarak tanam Jati (3 x 2) m x 24-30 m
- Jarak tanam Sengon (3 x 2) m x 24-30 m
Pengembangan tanaman kakao
hendaknya tetap memperhatikan kesesuaian lahannya.
Sebagai tananam yang dalam budidayanya memerlukan
naungan, sebelum penanaman kakao perlu persiapan
lahan dan naungan yang prima. Tanpa persiapan
naungan yang baik, pengembangan tanaman kakao
akan sulit diharapkan keberhasilannya. Untuk
tanaman penaung kakao, dapat digunakan tanaman
yang mempunyai nilai ekonomis seperti pisang
sebagai penaung sementara, dan kelapa sebagai
penaung tetap, serta jati. sengon, atau tanaman
lainnya sebagai tanaman tepi blok kebun. Penggunaan
penaung tersebut perlu disusun dalam tatatanam
yang tepat, sehingga dapat memberikan produksi
yang optimal dan
memberi manfaat konservasi lahan. Persiapan
lahan, penyiapan bibit, dan saat tanam harus
dilakukan dengan perencanaan yang tepat, sehingga
pada saat tanam, bibit kakao siap tanam, dan
tanaman penaung di lapangan siap berfungsi sebagai
penaung.
Selanjutnya dengan teknik budidaya yang benar
akan dapat diperoleh tanaman kakao dengan pertumbuhan
baik dan produksi yang tinggi
Persiapan
Lahan
- Bersihkan alang-alang dan gulma lainnya
- Gunakan juga tanaman pelindung seperti Lamtoro,
Gleresidae dan Albazia, tanaman ini ditanam
setahun sebelum penanaman
kakao dan pada tahun ketiga jumlah dikurangi
hingga tinggal 1 pohon pelindung untuk 3 pohon
kakao ( 1 : 3).
Pembersihan areal dilaksanakan
mulai dari tahap survai/pengukuran sampai tahap
pengendalian ilalang. Pelaksanaan survai/ pengukuran
biasanya berlangsung selama satu bulan. Pada
tahap ini, pelaksanaan pekerjaan meliputi pemetaan
topografi, penyebaran jenis tanah, serta penetapan
batas areal yang akan ditanami. Hasi survai
akan sangat penting artinya untuk tahapan pekerjaan
lain , bahkan dalam hal penanaman dan pemeliharaan
kakao
Pembibitan
- Sebelum dikecambahkan benih harus dibersihkan
lebih dulu daging buahnya dengan abu gosok
- Rendam biji kakao dengan Biotama 1, untuk
mempercepat masa dormansi
- Biji kakao dikecambahkan dengan karung goni
dalam ruangan, setiap hari disiram 2 kali dalam
sehari (pagi dan sore)
- Sementara itu siapkan polibag ukuran 30 x
20 cm , isi dengan tanah dan pupuk kandang (1
: 1) yang dibuat menggunakan
Biotama 3
- Kecambah dipindah ke Polybag jika 2-3 hari
yang berkecambah lebih 50%
- Tiap 2 sd 3 minggu sekali bibit disemprot
dengan campuran Biotama 1 dan air (1 tutup botol
Biotama 1 dilarutkan dalam
air 1 liter) pada pagi hari (sebelum jam 7 pagi)
atau sore hari (setelah jam 16.00) setelah matahari
mulai redup.
- Biji kakao untuk benih diambil dari buah bagian
tengah yang masak dan sehat dari tanaman yang
telah cukup umur
- Sebelum dikecambahkan benih harus dibersihkan
lebih dulu daging buahnya dengan abu gosok
- Karena biji kakao tidak punya masa istirahat
(dormancy), maka harus segera dikecambahkan
- Pengecambahan dengan karung goni dalam ruangan,
dilakukan penyiraman 3 kali sehari
- Siapkan polibag ukuran 30 x 20 cm (tebal 0,8
cm) dan tempat pembibitan
- Campurkan tanah dengan pupuk kandang (1 :
1), masukkan dalam polibag
- Sebelum kecambah dimasukkan tambahkan 1 gram
pupuk TSP / SP-36 ke dalam tiap-tiap polibag
- Benih dapat digunakan untuk bibit jika 2-3
hari berkecambah lebih 50%
- Jarak antar polibag 20 x 20 cm lebar barisan
100 cm
- Tinggi naungan buatan disesuaikan dengan kebutuhan
sehingga sinar masuk tidak terlalu banyak
- Penyiraman bibit dilakukan 1-2 kali sehari
- Penyiangan gulma melihat keadaan areal pembibitan
- Pemupukan dengan N P K ( 2 : 1 : 2 ) dosis
sesuai dengan umur bibit, umur 1 bulan : 1 gr/bibit,
2 bulan ; 2 gr/bibit, 3 bulan
: 3 gr/bibit, 4 bulan : 4 gr/bibit. Pemupukan
dengan cara ditugal
- Penjarangan atap naungan mulai umur 3 bulan
dihilangkan 50% sampai umur 4 bulan
- Amati hama & penyakit pada pembibitan,
antara lain ; rayap, kepik daun, ulat jengkal,
ulat punggung putih, dan ulat api
Penanaman
a. Pengajiran
- Ajir dibuat dari bambu tinggi 80 - 100 cm
- Pasang ajir induk sebagai patokan dalam pengajiran
selanjutnya
- Untuk meluruskan ajir gunakan tali sehingga
diperoleh jarak tanam yang sama
b. Lubang Tanam
- Ukuran lubang tanam 60 x 60 x 60 cm pada akhir
musim hujan
- Berikan pupuk kandang yang dicampur dengan
tanah (1:1) ditambah pupuk TSP 1-5 gram per
lubang
c. Tanam Bibit
- Pada saat bibit kakao ditanam pohon naungan
harus sudah tumbuh baik dan naungan sementara
sudah berumur 1 tahun
- Penanaman kakao dengan system tumpang sari
tidak perlu naungan, misalnya tumpang sari dengan
pohon kelapa
- Bibit dipindahkan ke lapangan sesuai dengan
jenisnya, untuk kakao Mulia ditanam setelah
bibit umur 6 bulan, Kakao Lindak
umur 4-5 bulan
- Penanaman saat hujan sudah cukup dan persiapan
naungan harus sempurna. Saat pemindahan sebaiknya
bibit kakao tidak tengah membentuk daun muda
(flush)
Pada akhir musim hujan, buat lubang tanam dengan
ukuran 60 x 60 x 60 cm, berikan pupuk kandang
(yang dibuat dengan Biotama 3) sebanyak 0,5
sd 1 kg/lubang. Sebelum penanaman bibit dipastikan
bahwa tanaman naungan sudah mempunyai tinggi
tanaman sekitar 1 sd 1,5 m.
Pemeliharaan
Tanaman
a. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi
dan sore) sebanyak 2-5 liter/pohon
b.Dibuat lubang pupuk disekitar tanaman dengan
cara dikoak. Pupuk dimasukkan dalam lubang pupuk
kemudian ditutup kembali. Dosis pupuk lihat
dalam tabel di samping ini :
Tabel Pemupukan Tanaman Kakao
UMUR
(bulan)
|
Dosis
pupuk Makro (per ha)
|
Urea
(kg)
|
TSP
(kg)
|
MOP/ KCl (kg)
|
Kieserite (MgSO4)
(kg)
|
2
|
15
|
15
|
8
|
8
|
6
|
15
|
15
|
8
|
8
|
10
|
25
|
25
|
12
|
12
|
14
|
30
|
30
|
15
|
15
|
18
|
30
|
30
|
45
|
15
|
22
|
30
|
30
|
45
|
15
|
28
|
160
|
250
|
250
|
60
|
32
|
160
|
200
|
250
|
60
|
36
|
140
|
250
|
250
|
80
|
42
|
140
|
200
|
250
|
80
|
Dst
|
Dilakukan analisa tanah
|
Pengendalian
Hama & Penyakit
a. Ulat Kilan ( Hyposidea infixaria;
Famili : Geometridae ),
menyerang pada umur 2-4 bulan. Serangan berat
mengakibatkan daun muda tinggal urat daunnya
saja. Pengendalian dengan PESTONA dosis 5 -
10 cc / liter.
b. Ulat Jaran / Kuda ( Dasychira
inclusa, Familia : Limanthriidae ),
ada bulu-bulu gatal pada bagian dorsalnya menyerupai
bentuk bulu (rambut) pada leher kuda, terdapat
pada marke 4 dan 5 berwarna putih atau hitam,
sedang ulatnya coklat atau coklat kehitam-hitaman.
Pengendalian dengan musuh alami predator Apanteles
mendosa dan Carcelia spp, semprot PESTONA.
c. Parasa lepida dan Ploneta diducta
(Ulat Srengenge),
serangan dilakukan silih berganti karena kedua
species ini agak berbeda siklus hidup maupun
cara meletakkan kokonnya, sehingga masa berkembangnya
akan saling bergantian. Serangan tertinggi pada
daun muda, kuncup yang merupakan pusat kehidupan
dan bunga yang masih muda. Siklus hidup Ploneta
diducta 1 bulan, Parasa lepida lebih panjang
dari pada Ploneta diducta. Pengendalian dengan
PESTONA.
d. Kutu - kutuan ( Pseudococcus
lilacinus ), kutu berwarna putih.
Simbiosis dengan semut hitam. Gejala serangan
: infeksi pada pangkal buah di tempat yang terlindung,
selanjutnya perusakan ke bagian buah yang masih
kecil, buah terhambat dan akhirnya mengering
lalu mati. Pengendalian : tanaman terserang
dipangkas lalu dibakar, dengan musuh alami predator;
Scymus sp, Semut hitam, parasit Coccophagus
pseudococci Natural BVR 30 gr/ 10 liter air
atau PESTONA.
e. Helopeltis antonii,
menusukkan ovipositor untuk meletakkan telurnya
ke dalam buah yang masih muda, jika tidak ada
buah muda hama menyerang tunas dan pucuk daun
muda. Serangga dewasa berwarna hitam, sedang
dadanya merah, bagian menyerupai tanduk tampak
lurus. Ciri serangan, kulit buah ada bercak-bercak
hitam dan kering, pertumbuhan buah terhambat,
buah kaku dan sangat keras serta jelek bentuknya
dan buah kecil kering lalu mati. Pengendalian
dilakukan dengan PESTONA dosis 5-10 cc / lt
(pada buah terserang), hari pertama semprot
stadia imago, hari ke-7 dilakukan ulangan pada
telurnya dan pada hari ke-17 dilakukan terhadap
nimfa yang masih hidup, sehingga pengendalian
benar-benar efektif, sanitasi lahan, pembuangan
buah terserang.
f. Cacao Mot ( Ngengat Buah ), Acrocercops
cranerella (Famili ; Lithocolletidae).
Buah muda terserang hebat, warna kuning pucat,
biji dalam buah tidak dapat mengembang dan lengket.
Pengendalian : sanitasi lingkungan kebun, menyelubungi
buah coklat dengan kantong plastik yang bagian
bawahnya tetap terbuka (kondomisasi), pelepasan
musuh alami semut hitam dan jamur antagonis
Beauveria bassiana ( BVR) dengan cara disemprotkan,
semprot dengan PESTONA.
g. Penyakit Busuk Buah (Phytopthora
palmivora), gejala serangan dari
ujung buah atau pangkal buah nampak kecoklatan
pada buah yang telah besar dan buah kecil akan
langsung mati. Pengendalian : membuang buah
terserang dan dibakar, pemangkasan teratur,
semprot dengan Natural GLIO.
h. Jamur Upas ( Upasia salmonicolor
), menyerang batang dan cabang.
Pengendalian : kerok dan olesi batang atau cabang
terserang dengan Natural GLIO+HORMONIK, pemangkasan
teratur, serangan berlanjut dipotong lalu dibakar.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan
menggunakan pestisida alami belum mengatasi
dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan.
Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata
dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan
Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
Pemangkasan
- Pemangkasan ditujukan pada pembentukan cabang
yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang
baik. Pohon pelindung
juga dilakukan pemangkasan agar percabangan
dan daunnya tumbuh tinggi dan baik. Pemangkasan
ada beberapa macam yaitu
:
- Pangkas Bentuk, dilakukan umur 1 tahun setelah
muncul cabang primer (jorquet) atau sampai umur
2 tahun dengan meninggalkan
3 cabang primer yang baik dan letaknya simetris.
- Pangkas Pemeliharaan, bertujuan mengurangi
pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dengan
cara menghilangkan tunas air
(wiwilan) pada batang pokok atau cabangnya.
- Pangkas Produksi, bertujuan agar sinar dapat
masuk tetapi tidak secara langsung sehingga
bunga dapat terbentuk. Pangkas ini tergantung
keadaan dan musim, sehingga ada pangkas berat
pada musim hujan dan pangkas ringan pada musim
kemarau.
Pangkas Restorasi, memotong bagian tanaman yang
rusak dan memelihara tunas air atau dapat dilakukan
dengan side budding.
Panen
Bunga kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceae
lainnya, tumbuh langsung dari batang (cauliflorous).
Bunga sempurna berukuran kecil (diameter maksimum
3cm), tunggal, namun nampak terangkai karena
sering sejumlah bunga muncul dari satu titik
tunas.
Bunga kakao tumbuh
dari batang.
Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama
lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut bersayap,
afid, dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya
terjadi pada malam hari1. Bunga siap diserbuki
dalam jangka waktu beberapa hari.
Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk
silang dan memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri
(lihat penyerbukan). Walaupun demikian, beberapa
varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri
dan menghasilkan jenis komoditi dengan nilai
jual yang lebih tinggi.
Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran
buah jauh lebih besar dari bunganya, dan berbentuk
bulat hingga memanjang. Buah terdiri dari 5
daun buah dan memiliki ruang dan di dalamnya
terdapat biji. Warna buah berubah-ubah. Sewaktu
muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila masak
kulit luar buah biasanya berwarna kuning.
Saat petik persiapkan rorak-rorak dan koordinasi
pemetikan. Pemetikan dilakukan terhadap buah
yang masak tetapi jangan terlalu masak. Potong
tangkai buah dengan menyisakan 1/3 bagian tangkai
buah. Pemetikan sampai pangkal buah akan merusak
bantalan bunga sehingga pembentukan bunga terganggu
dan jika hal ini dilakukan terus menerus, maka
produksi buah akan menurun. Buah yang dipetik
umur 5,5 - 6 bulan dari berbunga, warna kuning
atau merah. Buah yang telah dipetik dimasukkan
dalam karung dan dikumpulkan dekat rorak. Pemetikan
dilakukan pada pagi hari dan pemecahan siang
hari. Pemecahan buah dengan memukulkan pada
batu hingga pecah. Kemudian biji dikeluarkan
dan dimasukkan dalam karung, sedang kulit dimasukkan
dalam rorak yang tersedia.
Pengolahan Hasil
Biji terangkai pada plasenta yang tumbuh dari
pangkal buah, di bagian dalam. Biji dilindungi
oleh salut biji (aril) lunak berwarna putih.
Dalam istilah pertanian disebut pulp. Endospermia
biji mengandung lemak dengan kadar yang cukup
tinggi. Dalam pengolahan pascapanen, pulp difermentasi
selama tiga hari lalu biji dikeringkan di bawah
sinar matahari
Fermentasi, tahap awal pengolahan biji kakao.
Bertujuan mempermudah menghilangkan pulp, menghilangkan
daya tumbuh biji, merubah warna biji dan mendapatkan
aroma dan cita rasa yang enak.
Pengeringan, biji kakao yang telah difermentasi
dikeringkan agar tidak terserang jamur dengan
sinar matahari langsung (7-9 hari) atau dengan
kompor pemanas suhu 60-700C (60-100 jam). Kadar
air yang baik kurang dari 6 %.
Sortasi, untuk mendapatkan ukuran tertentu dari
biji kakao sesuai permintaan. Syarat mutu biji
kakao adalah tidak terfermentasi maksimal 3
%, kadar air maksimal 7%, serangan hama penyakit
maksimal 3 % dan bebas kotoran.